"JUSTRU PADA HARI VALENTINE TSB, BANYAK REMAJA PUTRA MAUPUN PUTRI
KEHILANGAN KEPERJAKAAN DAN KEPERAWANANNYA DENGAN DALIH RASA CINTA DAN
KASIH SAYANG"... merinding kalau kita mendengarnya, tapi inilah
kenyataan yang kita saksikan dewasa ini. Sekali lagi tulisan ini bukan
bermaksud provokasi negatif (berarti positif dong..?)atau untuk
mendiskreditkan pihak-pihak tertentu, ini murni ungkapan kekhawatiran
akan masa depan anak-anak kita nanti.
Tulisannya agak panjang, tapi kalau dibaca dengan tenang Insya Allah tak
terasa lama... memang kadang kala untuk hal-hal tertentu perlu
penjelasan yang panjang dan detil agar "benang merah sekaligus pesan
moralnya" dapat dicerna dan dimengerti.
Terima kasih kepada bapak Muhammad Kosim LA, MA atas tulisannya
sekaligus mohon izin untuk menyadur nya kembali di blog ini.
Berikut tulisannya...
Hari valentine atau Valentine Day agaknya tidak asing lagi di kalangan
remaja. Bahkan tidak sedikit di antara mereka yang menunggu-nunggu
kedatangannya. Bagi mereka, Valentine Day adalah momentum mencurahkan
kasih sayang kepada orang yang dicintai.
Tanggal 14 Februari adalah tanggal yang diyakini sebagai hari valentine
tersebut. Ironisnya, remaja yang turut merayakan hari itu justru dari
kalangan remaja muslim yang ikut-ikutan tanpa mengetahui makna dari
Valentine Day itu sendiri.
Umat Islam memang tidak dilarang untuk mengikuti budaya orang lain,
dengan syarat yang diikuti tersebut tidak bertentangan dengan aturan
Islam.
Sementara perayaan hari valentine yang merupakan budaya non-muslim
justru dijadikan momentum untuk menyampaikan rasa cinta dan kasih sayang
kepada pasangan lawan jenisnya, atau lebih dikenal dengan istilah
“pacaran”. Biasanya, para remaja akan memberikan hadiah kepada
kekasihnya dengan mengucapkan “Be My Valentine”, Jadilah valentinku.
Kemudian pemberian hadiah itu bisa berbentuk bunga mawar, cokelat, atau
benda lain yang disukai pasangannya yang biasanya dihiasi warna pink
atau ungu.
Dan tidak jarang hadiah yang diberikan berupa pegangan tangan, membelai
rambut, ciuman, sampai kepada berpelukan yang mereka anggap sebagai
wujud dari kasih sayang. Adegan seperti itu tidak lagi dianggap sesuatu
yang tabu, malah sebaliknya menjadi kebanggaan sebagai “manusia modern”.
Sungguh memalukan dan memilukan jika remaja muslim juga turut andil
dalam perayaan yang sarat dengan kemaksiatan. Mestinya remaja muslim
bersifat kritis terhadap budaya luar, bukan anti, tetapi melakukan
filterisasi terhadap budaya tersebut sehingga tidak berdampak terhadap
perkembangan kepribadian muslim yang memiliki kesucian akidah, ketaatan
ibadah, dan keindahan akhlakul karimah. Salah satu upaya untuk
mengkritisi budaya luar tersebut adalah dengan melacak akar sejarah dari
Valentine Day.
Jika dilacak dari sejarah, terdapat banyak versi tentang asal perayaan
Valentine Day. Rizki Ridyasmara, misalnya, dalam bukunya “Valentine Day,
Natal, Happy New Year, April Mop, Hallowen. So What?” menguraikan
tentang beberapa versi tentang asal usul Valentine Day.
Dari uraiannya, secara garis besar dapat disimpulkan bahwa sejarah
Valentine Day bisa ditinjau dari dua versi, yaitu dari tradisi
kepercayaan Romawi Kuno dan tradisi yang berkembang di tengah-tengah
umat Kristiani. Kedua versi itupun saling berkaitan.
Pada masa Romawi Kuno, dikenal tradisi paganisme (dewa-dewi) dan
tradisi-tradisi yang berkembang dipenuhi dengan legenda dan mitos yang
sulit dipertanggungjawabkan kebenarannya serta tradisi penyembahan
berhala yang juga irrasional.
Salah satu tradisi sekaligus kepercayaan yang berkembang ketika itu
adalah adanya pandangan bahwa pertengahan Februari dipandang sebagai
periode cinta dan kesuburan. Bahkan dalam sejarah kalender Athena Kuno,
antara Januari dan pertengahan Februari disebut sebagai bulan Gamelion
yang dipersembahkan kepada pernikahan suci Dewa Zeus dan Hera.
Sementara di Roma Kuno, 15 Februari dikenal sebagai hari raya
Lupercalia, berasal dari nama Lupercus, sang dewa kesuburan. Dewa ini
digambarkan sebagai laki-laki yang setengah telanjang dan berpakaian
kulit kambing. Para pendeta pun di masa itu melakukan ritual setiap
tanggal 15 Februari berupa penyembahan kepada dewa Lupercalia dengan
mengorbankan kambing.
Dua hari sebelumnya, tanggal 13 dan 14 Februari dilakukan persembahan
kepada dewi cinta (Queen of Feverish Love) bernama Juno Februata. Di
hari itu, para pemuda mengundi nama para gadis di sebuah kotak lalu
mengacak dan mencabut namanya.
Gadis yang terpilih akan menjadi kekasihnya selama setahun untuk
dijadikan objek hiburan. Para pemuda itu juga mengirimkan sebuah kartu
yang bertuliskan “dengan nama tuhan Ibu, saya kirimkan kepadamu kartu
ini.” Tuhan ibu itu adalah dewi cinta.
Akibatnya, perempuan menjadi
pelampiasan nafsu kaum lelaki.
Pada tanggal 15, dilakukan upacara ke kuil meminta perlindungan kepada
dewa Lupercus dan para pemuda membawa potongan kambing yang ia mereka
persembahkan lalu melecut gadis-gadis. Para gadis itu pun berebut untuk
dilecut karena percaya akan menambah kecantikan dan kesuburan mereka.
Pada masa selanjutnya, berkembanglah agama Kristen Katolik dan memasuki
wilayah Roma. Untuk menarik simpati dari penduduk Roma, mereka
mengadopsi beberapa tradisi dan upacara paganisme dan mempolesnya dengan
nuansa Kristiani dengan harapan mereka berpikir bahwa ada kesamaan
antara keyakinan Roma Kuno dengan keyakinan Kristen sebagai ajaran baru.
Mereka pun mengganti nama-nama dewa dengan nama-nama Paus dan Pastor.
Salah seorang pendukung yang terkenal adalah Kaisar Konstantine dan Paus
Greogory I. Salah satu upaya yang mereka lakukan adalah menjadikan
upacara Romawi Kuno pertengahan Februari tersebut menjadi Hari Perayaan
Gereja pada tahun 496 M dengan nama Saint Valentine’s Day untuk
menghormati Santo Valentine yang kebetulan diyakini wafat tanggal 14
Februari.
Bahkan, keinginan untuk mengubah tradisi Romawi ini, para pendeta juga
memutuskan mengganti kalimat “dengan nama tuhan Ibu” dengan kalimat
“dengan nama Pendeta Valentine” sehingga dapat mengikat para pemuda
tersebut dengan agama Nasrani.”
Akan tetapi ada pula pendapat lain bahwa Kristen melakukan hal tersebut
bukan ingin menarik simpati penduduk Roma, akan tetapi menandingi
tradisi penduduk Roma. Yang jelasnya, ada keterkaitan yang erat antara
tradisi dan kepercayaan Romawi Kuno dan kebijakan pihak Gereja dalam
mempopulerkan Valentine Day.
Mengenai siapa sesungguhnya Santo Valentinus, juga terjadi perbedaan
pendapat. Versi pertama berpendapat bahwa Kaisar Claudius II, penguasa
Romawi marah lalu menangkap dan memenjarakan Santo Valentinus karena
telah berani mengatakan bahwa tuhannya adalah Isa al-Masih dan menolak
menyembah tuhan-tuhan orang Romawi.
Jadi, merayakan Valentine Day adalah penghormatan dan kasih sayang
kepada Santo Valentinus yang dianggap sebagai pahlawan dalam
mempertahankan keyakinannya sebagai penganut Yesus Kristus, sang anak
tuhan.
Versi kedua menyebutkan bahwa kemarahan Kaisar Claudius II berawal dari
persepsinya tentang tentara muda bujangan lebih kuat dan tabah ketika
berperang dari pada tentara yang telah menikah. Karena persepsi itu,
kaisar melarang tentaranya yang masih pemuda menikah.
Kebijakan itu secara diam-diam ditentang oleh Santo Valentinus dan
dengan diam-diam pula menikahkan banyak pemuda. Ketika usaha Santo
Valentinus ketahuan, kaisar memutuskan menghukum gantungnya dan
eksekusinya bertepatan tanggal 14 Februari 269 M.
Masih banyak lagi pendapat lain tentang siapa sesungguhnya Santo
Valentinus. Bahkan pada abad ke-19, sisa-sisa kerangka yang digali dari
makam Santo Hyppolytus di Via Tibertinus dekat Roma diidentifikasi
sebagai jenazah Santo Valentinus.
Jenazah tersebut lalu dikirim ke Gereja Whitefriar Street Carmelite
Church di Dublin, Irlandia dan diberikan kepada mereka oleh Paus
Gregorius XVI tahun 1836.
Di abad pertengahan, kisah Santo Valentinus dihubung-hubungkan dengan
cinta romantis pada abad ke-14 oleh orang-orang Inggris dan Perancis.
Mereka malah mempercayai pada tanggal 14 Februari sebagai hari ketika
burung mencari pasangan untuk kawin. Kepercayaan ini ditulis oleh
sastrawan Inggris abad pertengahan, Geoffry Chaucer (abad ke-14 M).
Meskipun terdapat banyak perbedaan tentang Santo Valentinus, yang
jelasnya hari valentine berasal dari mitos dan legenda Romawi Kuno yang
sarat dengan tradisi dan kepercayaan paganisme (pemberhalaan) lalu
diadopsi oleh kelompok-kelompok Kristen tertentu. Dikatakan “tertentu”
sebab pihak Gereja Katolik sendiri tidak semuanya sepakat siapa
sesungguhnya Santo Valentinus yang dianggap sebagai martir pada tanggal
14 Februari.
Akan tetapi perayaan Valentine Day pernah diperingati secara resmi di
Gereja Whitefriar Street Carmelite Church di Dublin, Irlandia dan
dilarang secara resmi tahun 1969. Tetapi masih terdapat beberapa
kelompok gereja lain yang merayakannya.
Adapun ucapan “My Be Valentine” juga mengandung makna yang debatable.
Ken Sweiger mengatakan kata “Valentine” berasal dari bahasa Latin yang
artinya sama dengan “Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat, dan Yang Maha
Kuasa”.
Pada zaman Romawi kata ini ditujukan kepada Nimrod dan Lupercus, tuhan
orang Romawi. Jadi jika seseorang mengatakan kepada kekasihnya “My Be
Valentine” maka ucapan tersebut telah mengangkat derajat kekasihnya
sebagai “tuhan”, na’udzu billahi min dzalik.
Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa sejarah Valentine Day
berasal dari negeri Barat dan sarat dengan kepercayaan-kepercayaan yang
berkaitan dengan akidah dan jelas bertentangan dengan akidah Islam.
Oleh karena kisah awal Valentine Day berasal dari Barat dengan agama dan
budaya yang berbeda dengan umat Islam, maka perayaannya pun kerap kali
dilakukan bertentangan dengan syariat Islam.
Di Amerika dan beberapa negara Barat, misalnya, perayaan tersebut bisa
terjadi pada malam perayaan Valentine Day pasangan laki-laki dan
perempuan yang bukan suami istri tidur sekamar dan melakukan berbagai
pesta yang mengumbar nafsu syahwat.
Selain itu, di balik perayaan Valentine Day, juga terdapat unsur
bisnisnya, baik berupa penjualan kado/hadiah berwarna pink, cokelat,
termasuk kartu ucapan Valentine Day. Kartu Valentine pertama kali
dicetak secara massal setelah tahun 1847 oleh Esther A. Howland (1828 –
1904) dari Worcester, Massachusetts.
The Greeting Crad Association (Asosiasi Kartu Ucapan AS) pernah
memperkirakan bahwa di seluruh dunia sekitar satu milyar kartu Valentine
dikirimkan pertahun dengan pembeli terbanyak 85% berasal dari kaum
perempuan. Ini adalah hari raya terbesar setelah natal dan tahun baru.
Dalam perkembangan selanjutnya, kartu tersebut perlahan berubah menjadi
benda-benda perhiasan yang diberikan kepada perempuan lalu melakukan
berbagai pesta yang memberikan kenikmatan sesaat.
Oleh karena itu, remaja muslim dituntut untuk bersikap tidak ikut-ikutan
merayakan hari valentine. Sebab mudharat jauh lebih besar dari
manfaatnya.
Bisa jadi mereka yang turut merayakannya akan rusak kemurnian akidahnya
jika memang perayaan yang dilakukan oleh orang-orang Barat tersebut
berkaitan dengan keyakinan ketuhanan mereka, yaitu yesus adalah anak
tuhan.
Perayaan itu juga bisa menjadi peluang besar bagi Iblis untuk
menggoda dan mendorong manusia melakukan perbuatan-perbuatan zina yang
dibungkus atas nama kasih sayang dan cinta sejati.
Padahal dalam doktrin Islam, sesama manusia mesti menjalin kasih sayang,
sebab Islam adalah rahmatan lil-‘alamin di mana sesama umat Islam mesti
saling mencintai dan menebar cinta kasih ke segenap penjuru alam.
Namun wujud kasih sayang tersebut bukan melakukan hal-hal maksiat dan
dilakukan pada momen-momen tertentu, apalagi pada momen yang sarat
dengan budaya dan kepercayaan agama lain yang akidahnya diyakini tidak
benar. Akan tetapi kasih sayang dan saling mencintai dilakukan karena
kecintaan kita kepada Allah SWT.
Sebab, Allah memerintahkan kepada hamba-Nya untuk saling mencintai.
Sebagaimana sabda Rasulul-Nya: “Tidaklah sempurna iman salah seorang di
antara kamu sehingga ia mampu mencintai saudaranya sebagaimana ia
mencintai dirinya sendiri.”. (al-Hadis)
Jika saja kasih sayang dan rasa cinta diberikan kepada orang lain karena
Allah, niscaya wujud cinta tersebut akan mempererat silaturrahim dan
semakin dekat kepada Allah SWT.
Umat Islam dipersilahkan bebas berkarya, tetapi bebas terbatas, yaitu
kebebasan yang dibatasi oleh ajaran Islam yang sesungguhnya membebaskan
diri dari kesesatan. Maka berbuatlah sesuai dengan ilmu yang kita
miliki. Firman-Nya: “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak
mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan
dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (Qs.
Al-Isra’/17: 36). Ingat pula sabda Nabi SAW: “Barangsiapa meniru suatu
kaum, maka dia termasuk dari kaum tersebut”
Jual Vimax Asli Di Bandung
BalasHapus